To you whose hands probably the best hands I have ever seen
To you whose smile sticks in my memory
To you who let me knock your heart and let me in
To you who hold me tight and makes me feel nothing could go wrong in this world
To you who makes me smile, cry, laugh, mad
To you who assures me that one of the man's sexiest organs is his brains
To you who cares, who loves, who adores
Loving you is the best chance I've ever had
Knowing you is the best thing I've done
Letting you in into my heart is the best decision I've made
Dream of you is the best dream I've dreamt
I was definitely the luckiest person in this world to have you as a lover,
I was so lucky, that even Heaven envies me
Heaven has waited for you since the day you were born
It can wait any longer to let you in
God Himself wants to hold you
He is impatient to have you in His arms
So there you are...
Heaven is surrounded by the happiness as you finally come in
God smiles when He sees you and holds you in His arms
Now you're in the safest place where nothing can bother or hurt you
So I got nothing to regret cos' I know you're in the best place
I don't care when somebody says you're lost
You're still the best hero to me...
Now goodbye, be good up there
Wait for me, I don't know when my time is
But I promise we'll meet each other once more someday, for eternity...
Kejadian ini bukan yang pertama atau yang baru terjadi. Dulu kita pernah melihat pistol ditembakkan ke udara dan asbak yang melayang akibat tekanan dari wartawan infotainment. Tapi bukan itu yang menjadi titik berat postingan saya, karena saya tidak berminat menggurui dengan segala macam analisis tentang bagaimana seorang artis seharusnya bersikap, seorang wartawan bersikap dan bagaimana interaksi antara artis dan wartawan harusnya terjadi. Postingan saya ingin memfokuskan diri saya pada akar semua permasalahan (atau lebih tepatkah bila disebut perseteruan?) antara Luna dan wartawan infotainment yang mewarnai layar televisi dan menghiasi koran yang kita baca belakangan ini. Di balik adanya tayangan infotainment dan sikap wartawan infotainment yang banyak dikatakan sebagai “memaksa”, ada suatu hal simpel yang luput dari ingatan kita. Akar semua ini adalah gosip. Gosip atau rumor atau desas-desus atau kabar angin dan segala macam sebutan lainnya.
Nggak usah dipungkiri, kata satu ini sudah menjadi makanan sehari-hari bukan cuma untuk artis macam Luna Maya namun juga di kalangan kita-kita ini yang “bukan siapa-siapa” (atau “belum jadi siapa-siapa”). Saya sering mendengar gosip mengenai teman-teman atau orang-orang terdekat saya, orang-orang yang tidak terlalu saya kenal, dan pendeknya siapapun, yang timbul entah karena tidak sengaja atau memang sengaja. Gosip itu kadang besar, kadang kecil, kadang menyebar, kadang tidak, kadang bertahan lama, kadang hanya sementara. Saya nggak akan persoalkan apa yang mendasari gosip bisa menyebar dan kenapa bisa menyebar. Karena saya punya gugatan lain yang lebih daripada itu semua. Yang selama ini saya pertanyakan hanyalah, mengapa pihak-pihak yang secara sengaja atau tidak membantu tersebarnya gosip itu tidak merasa perlu untuk memikirkan perlunya sebuah penegasan, apa fakta sebenarnya sesuai dengan yang mereka ketahui? Apa mereka benar-benar mengetahui hal yang sebenarnya, atau jangan-jangan mereka hanya mendengar selentingan yang dengan leluasa mereka kembangkan sesuka hati? Dan saat objek (baca: orang) yang menjadi bahan gunjingan mendengar dan menggugat, apa mereka tidak pernah merasakan malu karena menyebarkan berita penuh kebohongan yang bedanya tipis sekali dengan fitnah? Dan mengapa saat objek yang bersangkutan menggugat, mereka tanpa malu balik menuding si objek mencari kambing hitam atau mengelak dari tuduhan yang jelas-jelas sebuah kesalahan atau malah balik marah? Self defense-kah? Usaha untuk menutup rasa malu-kah?
Poin terakhir ini saya tangkap betul dari kasus Luna. Luna menggugat tingkah wartawan infotainment dengan tweetnya. Saya tidak akan bilang bahwa apa yang dikatakan Luna adalah hal yang baik, tweetnya pun tidak bisa dikatakan sebagai tweet yang manis. Tapi saya yakin Luna tidak akan meledak tanpa picu yang sepadan. Salahkah jika Luna atau korban-korban gosip murahan itu meledak? Salahkah jika mereka menunjukkan sisi manusianya dengan berhenti menutup mata dan telinga, dan melawan dengan berteriak lantang bahwa mereka tidak terima atas pemberitaan yang tidak masuk akal dan melanggar batas privasi mereka sebagai seorang individu?
Sementara apa yang dilakukan wartawan infotainment, saya mengerti betul profesi mereka yang menuntut untuk mencari berita terbaru, walau saya tidak bisa berkata setuju dengan cara mereka yang terkadang membuat narasumbernya kurang nyaman. Kalaupun ada hal positif yang bisa saya tangkap dari wartawan infotainment ini—terlepas dari bagaimana mereka menyajikan beritanya nanti—adalah mereka masih memiliki inisiatif untuk bertanya pada orang yang tengah mereka bicarakan. Bagi saya mereka lebih patut diberi kredit dibandingkan orang-orang yang tanpa malu menyebar desas-desus tanpa berani mengkonfirmasi dan/atau mempertanggungjawabkan isi omongan mereka pada objek yang mereka bicarakan dan malah menuding balik saat si objek berteriak lantang menggugat. Sampah.
Should I stay or should I go?
If you say that you are mine
I’ll be here ’til the end of time
So you got to let me know
Should I stay or should I go?
Always tease tease tease
You’re happy when I’m on my knees
One day is fine, next day is black
So if you want me off your back
Well come on and let me know
Should I stay or should I go?
Should I stay or should I go now?
Should I stay or should I go now?
If I go there will be trouble
An’ if I stay it will be double
So come on and let me know!
This indecision’s bugging me
Esta indecision me molesta
If you don’t want me, set me free
Si no me quieres, librame
Exactly who’m I’m supposed to be
Dime que tengo que ser
Don’t you know which clothes even fit me?
¿sabes que ropas me quedan?
Come on and let me know
Me tienes que decir
Should I cool it or should I blow?
¿me debo ir o quedarme?
Split!
Yo me enfrio o lo sufro
Should I stay or should I go now?
yo me enfrio o lo sufro
Should I stay or should I go now?
yo me enfrio o lo sufro
If I go there will be trouble
Si me voy - va a haber peligro
And if I stay it will be double
Si me quedo es doble
So you gotta let me know
Pero me tienes que decir
Should I cool it or should I go?
yo me enfrio o lo sufro
Should I stay or should I go now?
yo me enfrio o lo sufro
If I go there will be trouble
Si me voy - va a haber peligro
And if I stay it will be double
Si me quedo es doble
So you gotta let me know
Pero me tienes que decir
Should I stay or should I go?
Gue nggak kebayang aja kalo suatu saat orang ini (yang menulis status ini) ada dalam situasi dia harus memilih. Misalnya, dia harus memilih, let’s say, nemenin orangtuanya yang lagi sakit, atau nemenin pacarnya. Kalau dia mau jadi yang terbaik buat kedua-duanya, berarti dia harus bikin senang dua-duanya kan? Kalau dia mau jadi yang terbaik untuk orangtuanya, dia harus nemenin orangtuanya. Tapi kalau dia mau jadi yang terbaik buat pacarnya, dia harus ikut pacarnya. Terlepas dari apakah orangtuanya atau pacarnya pengertian atau nggak, gue yakin pastilah orang ini akan makan hati sendiri karena nggak bisa menjadi ‘the best for all'
Kalau buat gue, kita nggak perlu jadi orang yang terbaik buat semua orang. Call me pessimist, but I do think that it’s impossible. And yet, kalo lo berusaha jadi yang terbaik buat semua orang, selalu berusaha nyenengin orang, well, I guess it’ll lead you to NOT being you, yang artinya lo bikin diri lo jadi orang lain alias kepribadian yang palsu. Yang harus kita lakukan (mengutip notes dari seorang calon praktisi NLP terkenal, amiiiin), ambillah keputusan yang terbaik untuk saat itu. Yah, walaupun belum tentu keputusan yang terbaik itu menyenangkan untuk semua orang. Dan yang lebih penting adalah, jadi diri sendiri itu lebih menyenangkan daripada jadi orang yang ‘palsu’ supaya disenengin semua orang...
But now I do need is someone whom I can count on. I need someone there for me, not asking me what’s going on, not telling me off what I should/shouldn’t do. All I need now is someone to talk to about things other than my problem, cos I’ve grown tired myself and I don’t know how to cope up with this anymore. But please don’t even try to give me advice, cos I want to solve it by myself, I want to make my own decision, I want to be wounded and I want to heal myself. Questions, advices, lectures, pities won’t help. Talk to me, laugh with me, but don’t remind me about it.
Readers, you may laugh but I burst into tears as I finish wrote this post..
- Orang yang suka nge-LIKE status sendiri. Oke, sebenernya nggak ada yang salah dengan nge-like status sendiri dengan catatan statusnya itu emang bagus dan catchy. Yang bikin kening gue berkerut adalah kalo status yang di-LIKE sebenernya ga penting-penting banget. Kayak: “Gue pengen salad nih, beliin dong!” atau “Hmmmmpfh…” (apaan sih ini, ga penting banget?)
-Orang yang sok berbahasa Inggris, padahal masih celemotan. Wets, jangan salah menilai dulu ya. Gue juga sering nulis status pake bahasa Inggris dan bahasa Inggris gue pun belum sempurna. Tapi orang-orang yang gue kategorikan dalam poin ini adalah orang-orang yang sok nulis status pake bahasa Inggris dengan struktur yang diragukan kebenarannya, serta ejaan yang salah! Boleh percaya boleh nggak, gue pernah nemuin orang yang nulis begini: “I’m getting crazzy because of you” atau “I wanna enjoy my live” atau “XXX *nama si username* is feels sad” atau “I fell the happiness”. Bahkan gue pernah iseng-iseng liat note temen SMA gue, judulnya “Frist Love”. Untung aja gue masih bisa bertahan, kalo nggak bisa-bisa gue udah kejang-kejang.
-Orang dengan username aneh-aneh kaya zaman Friendster. Contohnya -Anii Gembook Cintaa-, -Ekaa Calon Nerakaa-, -Abenk Jga Agnie Kuqh-, Devita Ngek Ngok, Saiia Annchiaa serta beragam nama lain yang bikin orang diare.
Dan yang lebih lucu adalah, ada aja orang-orang yang biar dibilang eksis dan punya banyak temen, mau-maunya approve orang-orang semacam ini di Facebooknya. Sementara gue setelah menahan diri, akhirnya mengeraskan hati gue (lebay) untuk meremove orang-orang ini dari Facebook gue walaupun gue kenal sama orang-orang ini...
Pffft… tolong saya Tuhan…
That I love everything in you
I love your hands,
I love your eyes,
I love your smile,
I love your jokes,
I love your kiss,
I love your voice
I love your love
I love the way you stare at me
I love the way you talk to me
I love the way you hold me
I love the way you say those three words
I love the way you smile
I love when you say I'm not fat
Iove when you insist I shouldn't eat instant noodles
I love when you say 'be careful' when I ready to get in the 112
I love when you ask me always to be with you
I love when you tell me not to go far from you
I love when you ask my opinion about which shirt you should buy
I love when you start to tell me your problems
I love you :)
Was the beginning of my journey
To find every puzzle pieces
That'll shape me into the woman I should be.
As the time goes by, I found every pieces I need
And here I am in this moment
My puzzle's almost done, I'm turning into a real woman in few days
The puzzle got only one missing pieces
The ultimate piece I've been looking for since several years
I know, I finally know
As I found you, I found that piece
The one that'll finish the puzzle
The one that'll complete me as a real woman
Oct 8, 2009
-lariza oky adisty-
(Buat yg baca, read at your own risk!)
Why you’ve changed
Why you’ve seemed to forget me. Forget us. Forget our relationship. Forget our love.
Why you don’t become the man with whom I fall in love. Become the man I cherish. Become the man who fascinates me with his intelligence, his charm, his attitude. The man whose smile knocks me off my feet. The man whom I see first when I start dreaming at nights. The man who makes me happy.
The man I’ve loved and probably I will always love.
I have wondered why. Now there’s no need to ask for I have found the answer.
It’s ME
Yes I’m the one who cause it. I’m the one who destroy our love. I’m the one who ruins everything. I’m the jerky-ass. I ruin our love not because I have an affair nor I ignore you. No. Not that.
I’m ruining this with my attitude. My silly, unimportant attitude. For being too needy. For being a self-centered person, only thinking about myself, my own feeling. Whereas I should know, it
takes two to tango. It always does.
And for all the mess I’ve caused, I’ve had my punishment. I’m counting the days until you leave me in regret and grief. Please note, when I say ‘regret’, doesn’t mean I regret what we’ve been through. I never regret anything about you, about this doomed relationship, nor about our love.
What I regret is I fail to provide you happiness. There’s no need to have pity on me, nor should you forgive me.
This is the punishment I got to take.
Fare thee well, Querido. I know you’ll find the happiness I fail to provide, because you deserve it. You will always have my heart. My prayer. My love.
Dalam postingan kali ini gw mau bergosip. Serius. Literally. Jadi kalau ada yang merasa malas membaca postingan kali ini, it’s your choice.
Oke, jadi gini ceritanya. Gw punya seorang teman perempuan, sebut saja U. Dia lebih muda dari gue 2 tahun dan baru saja merayakan ultahnya yang ke-18 beberapa hari lalu. Dia masih sekolah, kelas 3 SMA jurusan IPA di sebuah sekolah negeri. Sejak gw mengenal dia medio September 2005 lalu, gw sudah melihat bahwa U ini punya kecenderungan untuk ‘nakal’ (ya, lihatlah tanda kutip itu dan kamu akan mengerti maksud saya) yang gw rasa sih menunjukkan kalau dia adalah pribadi yang labil. Bayangkan saja, seminggu sekali dia bisa ganti pacar seperti ganti pakaian dalam, Saudara-saudara! Dan saat punya pacar, kegiatan yang dia dan pacarnya lakukan selalu ‘aktivitas kelas berat’ (sekali lagi, lihat tanda kutip untuk mengerti maksud kata-kata gw).
Pertemanan gw dan dia terjalin kurang lebih 1, 5 tahun. Gw mulai jarang bertemu dia saat gw kelas 3, tepatnya lagi pas semester 2 karena selain harus fokus pada UAN, SPMB dan serangkaian tes masuk universitas yang harus gw ikuti, orangtua gw (terutama nyokap gw) meminta (baca: melarang) gw untuk terlalu sering main sama dia karena khawatir gw tertular bad influence.
Saat gw masuk kuliah sampe sekarang, gw udah nggak pernah ketemu sama dia. Meski begitu gw masih sempat mendengar kabar dia masuk salah satu SMA negeri bahkan masuk jurusan IPA (yang bagi gw agak mencengangkan, karena pasca UAN SMP dia ngaku NEMnya cuma 21 koma sekian dan bilang kalo dia mau nyuruh babehnya nyogok biar nilai NEMnya naik. Well, wallahu alam.)
Kemudian gw ‘berjumpa’ lagi dengan dia di Facebook. Tadinya sih gw berpikir dengan dia masuk SMA dia sudah agak sedikit berubah lebih baik dari waktu jaman dia SMP. Namun ternyata gw salah besar. Sepertinya dia nggak berubah tuh! Nah yang agak geli adalah dia sempat bilang ke gw kalo dia mau masuk UI. Sebagai bagian almamater UI tentu gw mendukung dong—siapa sih yang nggak bangga kalo ada yang mau masuk universitas tempat kita kuliah—dan mengatakan “gw tunggu lo di UI, biar kita sama-sama punya yellow jacket”
But then, looking at how she’s livin la vida loca…
Tiap malem nongkrong kiri-kanan, clubbing sana clubbing sini…
Havin’ fun like with her mates like there’s no tomorrow…
My my my… I remember the time when I was at her age, wishing the same thing, and remembering what I’ve done to make it come true, ‘till now…
Sorry lady, if you don’t change your way of life, I’m not sure you’re gonna make it.
The girl fell into the silent before she replied "I dunno. It's up to you. But if you ask me, I'd love to have a english novel. *smiles*"
"An english novel" said he.
"Or," she said "I'd love to have Sitta Karina's Seluas Langit Biru. With that, I'll complete my Hanafiah Saga. But it is kinda rare nowadays, I guess"
"Well I'll try to figure out" he said.
But now the girl finally realizes what she wants as a birthday present. What she wants is that her man who has her heart, whom she loves, will be on her side when the birthday come.
What the girl wants is that he knows that she'll do anything to keep their relationship.
What the girl wants is not that he'll forgive her,cos she knows she doesn't deserve forgiveness for she had been a silly asshole jerk all this time. She wants him to see that she has will to change herself. To make things right
What the girl wants is not a diamond ring (she has already got one as her 19th bday gift last year; she puts it on her right ringfinger everyday and only takes it off when she goes to bathroom). Nor she wants another jewellery.
What the girl wants is not even an English book nor Sitta Karina's work.
What she wants is that he'll be safe and sound, to be perfectly healthy, to be the man she recognizes as the man she loves. To be mentally and physically good. To show his boyish smile she adores. To show his intelligence she admires.
What she wants is he puts his faith once more on here. Cos once she has it back, she'll never let go.
By doing irrational things and fooling around
I've had a doubt on you
Don't give a complete faith you've tried to have from me
Yes, I'm the jerk since the 1st time
I should've known better in this matter
I should have more faith in you more than I have in anyone else
So if you want to say that I'm the jerk, I won't deny.
I've ruined this by my silly attitude
I won't beg you to forgive me
Because I'm not sure if I'm worth the forgiveness
I've lost my chance to have it...
Cuups,
-lariza oky adisty-
Jadi ceritanya begini, gw punya seorang teman pria, kita sebut saja Mr. X yang gw kenal di Kansas dua tahun lalu, saat ia mengunjungi senior-senior gw. Dari situ terjalinlah pertemanan. Nah, ternyata eh ternyata saat gw liburan semester kemarin dia mengatakan bahwa dia baru saja jadian sama seorang temen gw yang lain (kebetulan mereka berdua kenal atas jasa Friendster, Facebook dan ehm… gw) Gw pikir awalnya: ‘oh oke, kayanya bakal cocok laa’. Tapi kemudian beberapa minggu kemudian, mereka putus, saudara-saudara! Dan mulailah Mr. X curhat secara rutin dengan gw via Yahoo! Messenger. Mr. X bercerita tentang perasaannya, juga selalu memberikan info pada gw kalau ada kontak dalam bentuk apapun dengan teman gw, seolah-olah kontak dengan teman gw itu sama dengan kontak dengan penghuni planet Mars yang harus dilaporkan ke semua orang. Sebagai pihak yang dicurhatin, jelas gw memberi saran, bertanya, bahkan memberikan kata-kata penghiburan pada beliau.
Sampai tadi malam.
Gw agak malas merekonstruksi bagaimana kejadian awalnya. Tapi yang pasti, dalam sesi chat tadi malam gw sempat bercerita pada dia soal gosip (ingat kata ini. Tolong) yang pernah gw dengar yang gw ga tau apa itu betul ato nggak. Mr. X ngamuk dan memaki-maki temen gw ini lewat status Facebook dengan sebutkan “dasar munafik!” Gw ga tau gimana kelanjutannya tapi tadi pagi ternyata gw mendengar kabar bahwa katanya gw memberitahu sebuah berita ke Mr. X yang seolah-olah itu adalah kebenaran! Bingung? Begini contohnya:
Gw: Eh gw denger gosip si Acul gay lho!
Midun: Ah masa?
Besoknya
Acul: Kata Midun lo bilang gw gay ya?
Jadi gitu kira-kira. Jadi rupanya si Mr. X ini mengkonfirmasi ke temen gw soal GOSIP itu, seolah-olah apa yang gw katakan itu bener-bener sebuah berita yang orisinal, Sodara-sodara!
WTF?!
Sampai akhirnya gw dan temen gw bicara langsung, gw konfirmasi semua-mua hal yang dikatakan ke Mr. X soal hubungan mereka, gw tanya yang ini bener ato nggak, yang itu bener ato nggak, trus kejadian yang begini sebenarnya gimana, kejadian yang begitu sebenernya gimana, sampe akhirnya gw sampai pada kesimpulan…
Mr. X lebay.
Gw juga nggak tahu apa sebenernya yang mendasari dia kaya gitu, cuma yah, menurut beberapa teman gw yang juga tahu masalah ini, Mr.X itu LEBAY karena BAWA-BAWA GW! Kalo ngutip kata-kata seorang temen gw:
“Sebenernya sih masalah dia masih sayang, ato gimana kan itu urusan dia, derita dia, tapi ngapain juga dia bawa-bawa lo!”
Well. Jadi, ya udahlah yaaa…. Untuk sementara YM gw set di invisible mode dulu, bahkan tadi dia udah gw sindir di status gw:
“Lain kali kalo punya masalah selesaiin sendiri ya, jangan tanya gw trus gw yang disalahin. Maldicíon…”
Gini yaaa… awalnya gw mau denger curhat Mr. X dan orang-orang lain yang pernah curhat sama gw itu bukan karena gw mau ikut campur ato sok tau, tapi gw cuma pengen mendengar! Karena gw beranggapan, mungkin kalo org tersebut curhat sama gw dia akan merasa sedikit lebih baik. Tapi GW GA SUKA KALO GW DIBAWA-BAWA DALAM MASALAH ORANG ITUUU!!! Ga sukaaaa!!!
Apalagi gw mulai merasa ‘kok gw jadi ngurusin hubungan mereka sih?’, padahal gw juga punya pacar, punya hubungan yang juga harus diurusin, aduh Gusti…
Mr. X, lain kali kalo emang mo nyusahin nggak usah curhat ke gw ya…
Searching for a warmth we hope we can share as we find it
But as we keep walking through the storm and darkness of the night,
The night grows colder
And soon, we realise
Holding hands only slow us down
While the storm knows no compromise up there
It even shall kill us without mercy
So I should let your hands slip away from mine.
We keep walking together in the middle of this cold, stormy night,
Side-by-side
Looking for the warmth
With our own step
Mine and yours
But sadly not "ours"
August 18,2009
-lariza oky adisty-
I might not be the right one
But there's something about us I want to say
Cause there's something between us anyway
I might not be the right one
It might not be the right time
But there's something about us I've got to do
Some kind of secret I will share with you
I need you more than anything in my life
I want you more than anything in my life
I'll miss you more than anyone in my life
I love you more than anyone in my life
kamu masih saja tidak mengerti Bung...

1.
tan muchos errores que he hecho,
con todo he intentado mi mejor para guardar este gusto dulce del amor permanezco
me y mis debilidades, intento para colocarse siempre al lado de usted
¿Pero quién son yo, y para cuál es ése está, si no es yo usted necesidad?
2.
Si usted es una ilusión,
Entonces viviré en ella sinceramente
porque es usted quién guarda mi golpeo del corazón
Quién deseo acariciar
De quién dolor intento besar lejos
3.
Demasiadas veces que le he oído el compartir de su dolor,
ahora ellas son las mías también
Y mis rasgones, las doy para usted
Para estar triste algo más allá de mi comprensión
para ser lastimada por la mina de la cicatriz definitivamente no
Si intento curar, ¿Le curará también?
4.
Apesadumbrado no puedo ahorrarle, ni le curo
Intentaba, pero ahora sé I' el ll nunca batió algo más allá de mi comprensión
¿Y quién son yo, forzándole a barrer las memorias dulces que usted entonces ha tenido detrás?
Todo esperanza de I que puedo hacer es ser la persona que camina además de usted a partir de este día
all this poems were translated by: http://babelfish.yahoo.com
Pulang les TOEFL di LBI FIB UI, gue pulang naik angkot. Seperti biasa, dari kampus gue naik 112, lalu turun di Jalan Baru (padahal mah, ini jalan udah lama ada!) dan di situ naik angkot 121 yang memang banyak mangkal di situ karena males nunggu penumpang di terminal. Tanpa pretensi apapun, gue naik angkot yang mangkal paling depan, deket tukang minuman. Di dalem angkot sih udah ada beberapa penumpang. Namun yang paling eye-catching adalah sepasang manusia yang duduk di belakang supir. Sepasang manusia ini, gue bisa menebak kalau mereka lebih tua dari gue, jadi kita sebut saja mereka dengan mas dan mbak. Nah, gesture mas dan mbak ini amat memperlihatkan kalau mereka sedang dimabuk asmara, terlihat dari posisi duduk yang saling berdempet dan tangan si mbak yang bertumpu di tangan sang mas, serta senyum bahagia yang terus-menerus menggelayuti wajah mereka berdua. Lalu terdengarlah percakapan ini:
Mbak: Jadi kamu umurnya berapa sih? (nada manja)
Mas: Ehm... berapa ya? (sok-sok misterius)
Mbak: Iiih... udah kakek-kakek ya kamu? hihihi... (tertawa manja)
Si mbak memukul mesra mas
Mas: Hmm.. kalo lahir tahun 76 tuh berapa sekarang? Eh 76 apa 79 ya?
Mbak: Iiih... (mencubit-cubit gemas sang mas)
dan seterusnya.
Percakapan mesra, penuh tawa dan canda yang kadang diselingi belaian sayang sang mas yang didaratkan ke rambut berombak si mbak, atau tangan si mbak yang mengelus-elus mesra pipi sang mas (yang ngomong-ngomong berkumis lebat), serta obrolan dengan suara perlahan penuh rahasia antara dua insan yang yang tengah dimabuk cinta ini berlanjut terus sampai angkot penuh dan mulai jalan. Tidak jarang mereka tertawa lepas dan suara mereka memenuhi angkot. Saking asyiknya, gue dan seluruh penumpang lain dianggap tidak pernah ada. Mereka bermesraan di angkot itu, seolah-olah angkot tersebut adalah mobil pengantin dan merekalah mempelai berbahagia (FYI, gue tahu mereka belom nikah karena di jari mereka nggak ada cincin sama sekali). Gue yang duduk berhadapan dengan mereka sebenarnya udah nyaris gagal menahan tawa dan hanya bisa menyalurkan rasa geli gue lewat status Facebook gue. Untunglah saat itu gue membawa majalah HAI dan Donal Bebek, sehingga untuk menghindari kecurigaan gue tengah mentertawakan pasangan bahagia ini (atau kecurigaan gue adalah pasien RSJ yang kabur, berhubung mbak-mbak baju ungu yang duduk di bangku kecil dekat pintu sempat melirik gue penuh rasa heran) gue membaca sebuah artikel di majalah HAI dan tersenyum-senyum, seolah-olah sedang membaca artikel yang lucu.
Sementara sang mas dan si mbak pun terus bermesraan.....
-lariza oky adisty-
Dan inilah yg membuat gw geli. Inti acara ini (terlepas dari pertanyaan standar: "ini beneran gak ya?") kan adalah proses kenalan yg mengandalkan first impression antara satu pria lajang dan beberapa wanita cantik kemudian berlanjut oleh ngobrol2 dan date2 yg terus dipantau oleh tim acara ini yg intinya ingin melahirkan pasangan baru secara instan.. Dan lagu yg ditampilkan berisi kalo cinta jangan buru-buru. For some reason gw ngerasa lagu yang ditampilkan nggak nyambung dengan konsep acara. Sebuah acara TV seharusnya memiliki unsur-unsur yang mendukung konsep acara itu sendiri, mulai dari host, peserta sampai bintang tamu. Dengan kata lain, kalo acara itu bertujuan untuk menyatukan pria dan wanita secara instan, pilihlah bintang tamu yang memiliki lagu-lagu yang isinya berisi hal-hal yg sesuai dengan tujuan acara itu. Lha, kalo lagu yang ditampilin aja isinya bertentangan sama konsep acara, apa nggak aneh ya?
-lariza oky adisty-
(Mahasiswi, tukang kritik akut)
Dan selama dua hari pencarian ini, gue akhirnya bener-bener mengalami sendiri betapa susahnya nyari kerja di Jakarta!
"Mwahahaha, naif banget lo!"
Yayayaya, gue tau pasti ada aja orang yang bakal ngomong kaya gitu. I won't blame them. The point is, selama ini gue hanya mendengar bahwa di Jakarta bahkan di Indonesia, cari kerja itu susah tanpa ngalamin sendiri. Jadi gue nggak pernah tau seberapa susahnya. Nah sekarang, setelah gue 'terjun' sebagai job-seeker, kini gue bisa merasakan bahwa sungguh susah cari kerjaan yang cocok buat gue (apalagi gue masih kuliah). Tapi.. yah, I just try to look at the brightside. Berkat pengalaman cari kerja ini, finally gue udah punya blue-print surat lamaran dan CV dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, serta bisa sedikit berharap walaupun mungkin saat ini gue nggak keterima, tapi mudah-mudahan aja CV gue disimpen di data base lembaga-lembaga penyedia lowongan itu. Dan yang paling penting gue udah punya pengalaman nyari kerja, jadi kalau saatnya tiba untuk nyari kerja lagi (the real one), I won't be shocked anymore!
Pffiuuu....
Saya benar-benar kehabisan akal untuk mengungkapkan betapa tidak bermutunya acara TV di Indonesia saat ini. Selama liburan, saya memperhatikan dari pagi sampai pagi lagi di semua stasiun TV yang ditangkap oleh antena TV rumah saya dan saya hanya bisa menghela nafas mengetahui semakin sedikitnya acara TV yang bermanfaat bagi penonton di rumah dan mau tidak mau saya menangkap kesan bahwa pengelola stasiun TV sekarang hanya membuat acara berdasarkan alasan ‘to entertain’ (menghibur) dibandingkan ‘to educate’ (mendidik).Acara TV pagi didominasi oleh acara musik yang menampilkan chart lagu Indonesia, dipandu oleh host artis yang mencekoki penonton dengan obrolan sok pintar yang tidak bermutu, bintang tamu band ‘antah-berantah’ (saya tidak menyalahkan mereka, karena selama masih ada yang menyukai musik mereka, mereka akan tetap ada) yang sayangnya hanya memenuhi khasanah musik tanah air secara kuantitas bukan kualitas, menyanyikan (tak jarang mereka lipsync) hits-hits yang temanya tidak jauh dari cinta, air mata, patah hati dan perselingkuhan. Tayangan ini dimeriahkan pula oleh penonton-penonton dengan dandanan ‘ala masa kini’ meliputi legging warna-warni, kacamata besar dengan frame warna-warni pula, bergerak seirama mengikuti musik, bahkan ikut bernyanyi bersama sang bintang tamu. ‘Hebatnya’, acara ini tidak hanya terdapat di satu stasiun TV, melainkan di kurang lebih 3 stasiun TV dan ditayangkan pada waktu yang nyaris bersamaan dengan pola yang sama. Menjelang santap siang hingga sore, layar TV saya didominasi oleh jenis tayangan yang menurut saya adalah kesalahan terbesar dalam industri media: infotainment. Acara-acara semacam ini mayoritas dipandu oleh host wanita berdandan anggun namun dengan siap siaga memasang wajah penuh gosip, seolah berkhayal sebagai orang paling tahu segalanya di dunia. Dengan dalih ‘memberikan informasi seputar dunia selebritis’ ditayangkanlah sejumlah berita mengenai pesohor—beberapa di antaranya bahkan saya tidak tahu kalau mereka itu artis—dengan persentase kebenaran yang hanya Tuhan yang tahu. Agar lebih seru, tak jarang tayangan-tayangan ini dibumbui oleh narasi-narasi provokatif yang dibawakan dengan gaya deklamasi oleh narator bersuara mistis. Dengan narasi seperti ini, tak urung penonton dibawa hanyut dalam asumsi dan dugaan-dugaan. Seperti: “Benarkah aktor A akan membawa aktris B ke pelaminan akhir tahun ini, tanpa mempertimbangkan usia aktris B yang masih 18 tahun?” Atau “Mungkinkah hubungan penyanyi A dengan kekasihnya, wanita C hanya sebagai penawar rasa sedih penyanyi A setelah cintanya pada aktris film D kandas di tengah jalan?” atau “Apakah benar, bahwa vokalis band X sengaja mencari perkara pada sang istri, G untuk berpisah dan bisa kembali ke pelukan sang kekasih lamanya, model kondang Y?” serta sejumlah pertanyaan lain yang ketika dikonfirmasi pada orang yang bersangkutan hanya dijawab seadanya dengan nada kesal (siapapun akan kesal jika ditanya seperti itu), lalu disimpulkan secara sepihak oleh reporter dan penulis naskah dan disiarkan ke penonton sebagai suatu kebenaran. Dan tanpa sadar, kita pun dicekoki oleh kebohongan mengenai orang-orang yang tidak kita kenal, setiap hari. Dan ‘bencana’ sesungguhnya dimulai ketika malam. ‘Bencana’ itu bernama sinetron. Tayangan penuh konflik yang menjual mimpi, menunjukkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin yang menebarkan sindrom Cinderella akut serta mempertontonkan kekerasan dalam bentuk verbal maupun fisik. Belum lagi dengan jalan cerita yang seringnya tidak masuk akal, ayah tokoh si A ternyata dulu menikah dengan ibu si tokoh B, lalu ternyata si tokoh B adalah anak dari si C yang tak lain adalah ayah dari si D yang menginginkan cinta si tokoh A, lalu ternyata si D juga adalah anak adopsi dan ibu kandungnya adalah si E yang ternyata adalah ibu kandung si B dan si E pernah menikah dengan F yang bermusuhan dengan ayah si tokoh A, dan seterusnya. Belum lagi adegan-adegan di sekolah (baik SD, SMP, SMA) atau kampus yang bagi saya sama sekali tidak mirip dengan sekolah dan kampus di dunia nyata, juga dandanan siswa/siswi yang terlampau menor dengan aksesoris macam kalung dog tag, rambut gaya polem (yang saya tahu ini pasti dilarang di sekolah betulan) bagi para siswa, juga rok yang terlampau pendek, make-up yang lebih cocok dipakai ke pesta dibanding ke sekolah, aksesoris yang membuat saya berpikir apa jangan-jangan tokoh ini ke sekolah untuk berjualan aksesoris saja (khusus siswi), serta gesture, tingkah laku dan ucapan yang tidak mencerminkan anak sekolah, serta adegan bullying di sekolah serta tokoh guru yang hanya berkesan tempelan dan tidak memiliki wibawa. Adegan ber-setting kampus pun tak kalah parahnya. Entah kampus mana di dunia nyata yang mengizinkan mahasiswinya mengenakan tanktop atau mini skirt ke kampus. Dan adegan kekerasannya… ya ampun. Alangkah tidak pantasnya adegan tampar-menampar, bentak-membentak, caci-maki dengan kata-kata kasar itu dipertontonkan di TV di jam-jam yang masih banyak anak kecil menonton tayangan ini. Belum lagi si korban biasanya hanya mampu menangis dan tidak mampu melawan. Malah ada satu sinetron yang belum ditayangkan sama sekali, namun iklannya sudah mempertunjukkan begitu banyak kekerasan (teman-teman pasti tahu sinetron apa yang saya maksud) dan iklan itu ditayangkan 24 hours a day, 7 days a week, ditonton oleh semua orang, termasuk anak kecil. Kalau setiap hari kita dicekoki tayangan seperti ini, kapan bangsa ini bisa dewasa?
the way you touch me with your heart is exceptional
many want to be with you
therefore I'm thankful you decide to be with me
Hanya berselang 1 atau 2 jam stelah posting perdana, I'm back again with new post. Kalau td gw hanya berdua dgn ade gw gara-gara bonyok gw pergi ke kondangan, nah sekarang anggota keluarga gw sudah lengkap kembali. Namun sayang, nyokap gw pulang membawa 'berita buruk' (at least untuk gw),yaitu ada sodara gw yang mau datang!
Shoot.
Well, FYI, today is my mom's birthday. Harusnya kan gw, bokap, nyokap, sama ade gw just stay at home, nonton TV (yg dilakukan dgn terpaksa mengingat acara di TV swasta makin bikin ambeien aja--kembaliin TV kabel uaaa!!), another activity as a family. Tapi ternyata rencana tinggal rencana. And the worst part is, karena rencana ini, nyokap gw langsung heboh nyuruh gw buat beresin rumah,nyapu,dan segala macam aktivitas lainnya, dan gw melakukannya dalam keadaan BELUM MANDI dan itu terjadi PUKUL 3 SORE. Rencana gw untuk mandi setelah nyokap gw pulang pun tertundalah....
*pikiran licik muncul
Gimana ya kalo tiramisu yg jadi kue ultah nyokap gw diumpetin aja
*muka iblis
Kwekwewww....
Well, hari Minggu begini, di saat org banyak berjalan-jalan,saya terdampar di rumah bersama anak kecil yg berstatus sebagai ade gw di rumah,berdua,basi...karena nyak babeh sedang menghadiri kondangan...:'(