on Thursday, December 31, 2009
To you who has been with me for good and harsh times
To you whose hands probably the best hands I have ever seen
To you whose smile sticks in my memory
To you who let me knock your heart and let me in
To you who hold me tight and makes me feel nothing could go wrong in this world
To you who makes me smile, cry, laugh, mad
To you who assures me that one of the man's sexiest organs is his brains
To you who cares, who loves, who adores

Loving you is the best chance I've ever had
Knowing you is the best thing I've done
Letting you in into my heart is the best decision I've made
Dream of you is the best dream I've dreamt

I was definitely the luckiest person in this world to have you as a lover,
I was so lucky, that even Heaven envies me
Heaven has waited for you since the day you were born
It can wait any longer to let you in
God Himself wants to hold you
He is impatient to have you in His arms
So there you are...
Heaven is surrounded by the happiness as you finally come in
God smiles when He sees you and holds you in His arms
Now you're in the safest place where nothing can bother or hurt you
So I got nothing to regret cos' I know you're in the best place
I don't care when somebody says you're lost
You're still the best hero to me...

Now goodbye, be good up there
Wait for me, I don't know when my time is
But I promise we'll meet each other once more someday, for eternity...
on Wednesday, December 23, 2009
Oke, jadi akhir-akhir ini rame pemberitaan mengenai Luna Maya yang mencaci maki wartawan infotainment di situs jejaring sosial Twitter. Caci makinya tergolong “seram” karena Luna mengatakan wartawan infotainment lebih rendah derajatnya dari pelacur dan pembunuh. Efek tweet Luna meluas; banyak yang bersimpati pada keadaan Luna, tak jarang yang menuding Luna sebagai pribadi yang dangkal karena mengeluarkan sumpah serapah di ruang publik macam Twitter. Luna menjawab reaksi itu dengan permintaan maaf dan pengumuman bahwa ia menutup account Twitternya. Luna dihadapkan pada sanksi pelanggaran UU ITE.

Kejadian ini bukan yang pertama atau yang baru terjadi. Dulu kita pernah melihat pistol ditembakkan ke udara dan asbak yang melayang akibat tekanan dari wartawan infotainment. Tapi bukan itu yang menjadi titik berat postingan saya, karena saya tidak berminat menggurui dengan segala macam analisis tentang bagaimana seorang artis seharusnya bersikap, seorang wartawan bersikap dan bagaimana interaksi antara artis dan wartawan harusnya terjadi. Postingan saya ingin memfokuskan diri saya pada akar semua permasalahan (atau lebih tepatkah bila disebut perseteruan?) antara Luna dan wartawan infotainment yang mewarnai layar televisi dan menghiasi koran yang kita baca belakangan ini. Di balik adanya tayangan infotainment dan sikap wartawan infotainment yang banyak dikatakan sebagai “memaksa”, ada suatu hal simpel yang luput dari ingatan kita. Akar semua ini adalah gosip. Gosip atau rumor atau desas-desus atau kabar angin dan segala macam sebutan lainnya.
Nggak usah dipungkiri, kata satu ini sudah menjadi makanan sehari-hari bukan cuma untuk artis macam Luna Maya namun juga di kalangan kita-kita ini yang “bukan siapa-siapa” (atau “belum jadi siapa-siapa”). Saya sering mendengar gosip mengenai teman-teman atau orang-orang terdekat saya, orang-orang yang tidak terlalu saya kenal, dan pendeknya siapapun, yang timbul entah karena tidak sengaja atau memang sengaja. Gosip itu kadang besar, kadang kecil, kadang menyebar, kadang tidak, kadang bertahan lama, kadang hanya sementara. Saya nggak akan persoalkan apa yang mendasari gosip bisa menyebar dan kenapa bisa menyebar. Karena saya punya gugatan lain yang lebih daripada itu semua. Yang selama ini saya pertanyakan hanyalah, mengapa pihak-pihak yang secara sengaja atau tidak membantu tersebarnya gosip itu tidak merasa perlu untuk memikirkan perlunya sebuah penegasan, apa fakta sebenarnya sesuai dengan yang mereka ketahui? Apa mereka benar-benar mengetahui hal yang sebenarnya, atau jangan-jangan mereka hanya mendengar selentingan yang dengan leluasa mereka kembangkan sesuka hati? Dan saat objek (baca: orang) yang menjadi bahan gunjingan mendengar dan menggugat, apa mereka tidak pernah merasakan malu karena menyebarkan berita penuh kebohongan yang bedanya tipis sekali dengan fitnah? Dan mengapa saat objek yang bersangkutan menggugat, mereka tanpa malu balik menuding si objek mencari kambing hitam atau mengelak dari tuduhan yang jelas-jelas sebuah kesalahan atau malah balik marah? Self defense-kah? Usaha untuk menutup rasa malu-kah?

Poin terakhir ini saya tangkap betul dari kasus Luna. Luna menggugat tingkah wartawan infotainment dengan tweetnya. Saya tidak akan bilang bahwa apa yang dikatakan Luna adalah hal yang baik, tweetnya pun tidak bisa dikatakan sebagai tweet yang manis. Tapi saya yakin Luna tidak akan meledak tanpa picu yang sepadan. Salahkah jika Luna atau korban-korban gosip murahan itu meledak? Salahkah jika mereka menunjukkan sisi manusianya dengan berhenti menutup mata dan telinga, dan melawan dengan berteriak lantang bahwa mereka tidak terima atas pemberitaan yang tidak masuk akal dan melanggar batas privasi mereka sebagai seorang individu?
Sementara apa yang dilakukan wartawan infotainment, saya mengerti betul profesi mereka yang menuntut untuk mencari berita terbaru, walau saya tidak bisa berkata setuju dengan cara mereka yang terkadang membuat narasumbernya kurang nyaman. Kalaupun ada hal positif yang bisa saya tangkap dari wartawan infotainment ini—terlepas dari bagaimana mereka menyajikan beritanya nanti—adalah mereka masih memiliki inisiatif untuk bertanya pada orang yang tengah mereka bicarakan. Bagi saya mereka lebih patut diberi kredit dibandingkan orang-orang yang tanpa malu menyebar desas-desus tanpa berani mengkonfirmasi dan/atau mempertanggungjawabkan isi omongan mereka pada objek yang mereka bicarakan dan malah menuding balik saat si objek berteriak lantang menggugat. Sampah.